PILIH MANA TUKANG VS ARSITEK ??

"Buat apa pakai arsitek?"


Begitulah kata sebagian dari masyarakat umum, dan begitu pula dari yang terdengar langsung dari telinga sendiri. Dan bukan hanya sekali namun berkali-kali.
Bila dilihat sepintas, pernyataan tersebut tampak masuk akal. Apalagi para tukang sekarang makin pintar. Dengan bermodalkan gambar denah dan foto-foto bangunan atau gambar 3 dimensi yang ada di brosur perumahan. Lalu kita mengatakan kepada mereka, "Pak buatkan rumah seperti ini." Maka jadilah bangunan cantik seperti gambar/foto yang kita perlihatkan.

Lalu tinggallah Anda di dalam rumah tersebut. Perlahan, lama-lama Anda baru sadar bahwa kecantikan pada tampilan, ternyata tak secantik pada komponen bangunan yang lain. Anda merasakan masalah pada ruang yang kurang pencahayaan, terasa pengap karena kurang sirkulasi udara, dan lain-lain.
Anda mungkin jatuh cinta pada tampilan rumah tepat pada pandangan pertama, tapi apakah denah pada brosur yang kita contoh cocok dengan lahan yang kita miliki. Hal tersebut yang menyebabkan adanya masalah-masalah di kemudian hari.

Tukang adalah profesi yang mulia. Mereka berpeluh untuk menegakkan bengunan. Tapi jangan suruh mereka memutar otak untuk menciptakan keselarasan ruang.
Mari kita letakkan sesuatu pada tempatnya. Biarkan arsitek dan tukang berkolaborasi bersama. Jangan jadikan arsitek vs tukang, yang saling berduel karena posisi arsitek diambil alih tukang.
Mari kita letakkan sesuatu pada tempatnya, karena sesungguhnya satu sama lain saling membutuhkan.
Sebelum menentukan untuk mempercayakan proyek renovasi pada arsitek atau tukang, perhatikan dulu penjelasan berikut ini.

Buat Rancangan 

Saat hendak renovasi kecil-kecil, contohnya meluaskan area kamar mandi cukup menggunakan jasa tukang. Akan berbeda jika renovasi dilakukan besar-besaran. Ini memerlukan perhitungan arsitek. Bisa juga arsitek hanya menggambar rancangan, kemudian pembangunan diserahkan ke tukang. Namun belum tentu semua tukang bisa membaca rancangan dengan benar.
Sementara jika proyek renovasi diserahkan pada arsitek mulai dari rancangan hingga supervisi, hasilnya akan sesuai dengan perhitungan dan keinginan yang penghuni kemukakan di awal proyek. Karena seorang arsitek itu selain mengawasi juga akan bertanggungjawab terhadap hasil renovasi atau pembangunan.

Perhitungan Biaya 

Secara biaya, menggunakan jasa arsitek tentu akan lebih mahal. Sementara untuk tukang, upah pun akan berbeda-beda. Pasalnya, selain tukang juga dikenal istilah kepala tukang, kenek, kepala kenek, setengah tukang, dan setengah kenek.
Sementara saat menggunakan jasa arsitek, umumnya akan dikenakan komisi sebesar 10% - 20% dari total proyek. Angka ini ditentukan oleh apa saja yang ia kerjakan, apakah termasuk supervisi dan menggambar atau tidak. Jasa arsitek lebih diperlukan jika renovasi membutuhkan banyak detail, karena perhitungan skala pun harus dikerjakan secara rinci dan tepat.
Di samping itu, penambahan biaya pun bisa saja terjadi di tengah pembangunan. Biasanya diberlakukan biaya tambah kurang atau adendum yang tercantum di belakang surat perjanjian. Misalnya, tidak jadi memakai bathtub  tapi shower . Atau mengganti lantai keramik dengan marmer, itu ada perundingan biaya lagi, bisa bertambah atau berkurang.
Hal sama terjadi pada tukang jika di tengah jalan ada perombakan bangunan. Pasalnya, ketika bangunan tak selesai sesuai rencana, maka upah harian pun akan bertambah.

Pola Komunikasi 

Arsitek juga bertugas untuk menjembatani komunikasi antara pemilik rumah dengan tukang. Karena kadang bahasa atau istilah yang disampaikan berbeda dan belum tentu langsung dimengerti. Apa yang diinginkan penghuni bisa ditanggapi berbeda, begiru pula sebaliknya.”
Lebih lanjut Alfred mengakui, banyak tukang dengan pengetahuan tentang bangunan yang sangat hebat meski tak menempuh pendidikan khusus.

Waktu Pengerjaan 

Banyak yang beranggapan bahwa memakai arsitek akan memakan waktu lebih lama dibanding langsung berhubungan dengan tukang. Lama atau sebentarnya pengerjaan sangat relatif. Arsitek memiliki rancangan yang rinci berupa gambar lengkap dari ukuran kamar, ukuran furnitur, lalu-lintas pergerakan ruang, dan perhitungan lokasi berdasarkan fengsui atau sirkulasi udara.

Mungkin itulah yang membuat pengerjaan terasa lebih lama. Padahal, Alfred menambahkan, memakai tukang pun bisa berisiko lebih lama jika bangunan tak sesuai dengan keiginan atau gambar karena berpotensi terjadi bongkar pasang pekerjaan.

[::BILIKDESAIN::] depok